Tidak akan ada korupsi, bunuh diri, perampokan, dan berjuta lain ragam kejahatan kalau perut kalian bisa selamanya kenyang. Apakah kamu fasis kanan atau sosialis kiri, apakah kamu agamawan atau seorang dewa judi, apakah kamu bangsawan atau perek penjual diri, jangan pernah membohongi perut dan diri sendiri bahwa apa yang kalian perjuangkan adalah apa yang akan kalian makan siang ini, malam nanti, dan esok hari.
Mungkin ditambah esok, dan esok, dan esoknya lagi.
Apakah kalian akan tetap menuntut turunnya Si Tangan Besi Bapak Pembangunan Ekonomi bila kini kalian rindu hidup yang aman, tidak bebas tapi murah, dan hidup? Apakah kalian akan tetap menuntut turunnya Si Tangan Besi Bapak Pembangunan Ekonomi bila dulu kalian tau ternyata demokrasi beranak kericuhan murah, pekerjaan susah, demokrasi payah?
Makan demokrasi perut kalian gak akan kenyang, kangen tangan besi orang tua semua senang.
Adalah benar jika diracun di udara ditikam dan dibuang di trotoar adalah harga mahal yang harus dibayar. Tapi bukankah primordialisme masif dan ormas intimidatif juga merupakan ironi demokrasi yang sangat besar?
Sayangnya kamu tak berada di masa dimana Abraham Lincoln mengenalkan demokrasi liberalis pada Amerika sana. Pun kamu tak berada di Argentina kemudian Kuba, dimana Ernesto Guevara de la Serna lahir lalu tumbuh dewasa untuk mengenalkan perjuangan sosialis pada para loyalisnya. Mereka berdua, dengan latar yang sama sekali berbeda, tetap dielukan di jalanan saat mati dan disablon di kaosmu hingga kini, dan mungkin puluhan tahun lagi.
Bukan karena meraka tangan besi sosial komunis, atau liberal demokratis. Yang penting adalah rakyat kenyang, semua senang.
Mungkin kita masih kurang pintar dan terlalu barbar untuk mencumbu demokrasi, atau mungkin belum dewasa dan terlalu manja untuk lari dari Si Tangan Besi. Tapi, krisis identitas bangsa bukanlah saat dimana para remaja lebih memilih mendengar Lady Gaga daripada Indonesia Raya. Krisis identitas bangsa adalah saat kita dibuat buta dengan apa yang kita inginkan, dan lupa dengan apa yang sebenarnya kita butuhkan.
Jika kehidupan adalah perdagangan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan, coba lihat keluar jendela, tanya rakyat jelata empunya keringat jelaga. Tanya dirimu sendiri,
butuh demokrasi, atau rindu Si Tangan Besi?
No comments:
Post a Comment