adalah senja,
saat dimana kau sadari hangatnya mentari dan siluet lembayung jingga bukanlah retorika belaka
ia adalah oase yang berbeda, untuk tiap Sahara di belakang sana
untuk tiap pasang kaki lusuh yang kau basuh
untuk tiap bulir keringat yang menetes hangat
untuk tiap bidadari yang tiap kecupmu dipeluknya nanti
untuk tiap doa lagi dosa dewasa yang bermuara tawa,
bersahaja saja
untuk tiap perjalanan, dengan akhiran tak terkirakan
aku dan kamu menyebut Dia dengan nama tak sama
untuk Tangan Tak Terlihat di atas sana,
sujud menghamba selalu ada semoga
atas tiap senja,
yang selalu menyisakan diri untuk bingkisan pelangi
buah elaborasi dari badai lagi elegi,
pagi tadi
No comments:
Post a Comment