Friday, May 11, 2012

Beranda Pukul Lima

adalah senja,
saat dimana kau sadari hangatnya mentari dan siluet lembayung jingga bukanlah retorika belaka
ia adalah oase yang berbeda, untuk tiap Sahara di belakang sana

untuk tiap pasang kaki lusuh yang kau basuh
untuk tiap bulir keringat yang menetes hangat

untuk tiap bidadari yang tiap kecupmu dipeluknya nanti
untuk tiap doa lagi dosa dewasa yang bermuara tawa,
bersahaja saja

untuk tiap perjalanan, dengan akhiran tak terkirakan

aku dan kamu menyebut Dia dengan nama tak sama
untuk Tangan Tak Terlihat di atas sana,
sujud menghamba selalu ada semoga

atas tiap senja,
yang selalu menyisakan diri untuk bingkisan pelangi
buah elaborasi dari badai lagi elegi,
pagi tadi

No comments:

Post a Comment