Monday, May 20, 2013

Blur at Big Sound Fest 2013: Wisata Religi, Perjalanan Rohani

Sejujurnya saya bukan termasuk golongan mereka yang terlahir sebagai fans Blur paling mania di muka dunia dan luar angkasa. Saya adalah fans biasa-biasa saja yang hingga kelas tiga SMA hanya mengenal lagu-lagu mereka yang benar-benar hits dan meledak saja. Kebanyakan dari album Parklife yang melegenda itu, plus Song 2 dan Tender sudah barang tentu. Selebihnya kebanyakan cuma mampir di kuping sepintas lalu, yang mana empat tahun belakangan merupakan salah satu penyebab penyesalan mengapa saya tidak berusia dua puluhan di era tahun sembilan puluhan.

Selepas SMA baru saya bertanya-tanya "Bagaimana bisa saya tidak lebih membuka mata pada band se-oke dan se-melegenda mereka?", meskipun tetap tidak pernah terlintas bayangan bahwa mereka akan bisa singgah ke Indonesia. Oleh karenanya meskipun penantian saya sama sekali tidak setara dengan penantian banyak diantara mereka yang kini bahkan telah beranjak usia kepala tiga, begitu medio Februari lalu tersiar kabar bahwa mereka akan manggung di Ibukota saya berikrar bahwa saya harus menghadiri konser / gigs / wisata religi / perjalanan rohani ini, apapun yang terjadi. Jangan sampai seperti kedatangan Morrissey tahun lalu, yang karena terbentur tiket seharga dua juta hingga kini menyisakan sesal tiada berpangkal.

Setelah lekas-lekas menebus tiket presale dengan dana talangan, munculah pelbagai kekhawatiran. Jangan-jangan kedatangan Blur cuma isu, jangan-jangan berita bohong, jangan-jangan..oh jangan! Ditambah dengan batalnya konser kakek-kakek tua Aerosmith, antusiasme dan pengharapan cuma bisa terejawantahkan dalam sebuah doa konyol nan sederhana: "Tolong please para teroris, kalau mau bikin chaos dan riot sehabis tanggal 15 aja ya." Amin, dan kamsia.

15 Mei 2013, Rabu. Akhirnya tiba hari itu. Meki sudah meracau sejak di taksi saat saya mengotak-atik hape sibuk menenangkan diri. Subi terlihat tenang, mungkin tenang yang dipaksakan. Jimbon menghampiri kami dengan senyum lebar dan Kopler terlihat antusias bergembira, meskipun malam sebelumnya terpaksa menginap di Stasiun Jakarta Kota. Mas Pam; yang telah melewati belasan tahun penantian dan kini telah berusia tiga puluhan; mengatakan bahwa kedatangan Blur kali ini tak ubahnya seperti kedatangan Imam Mahdi.

Hahaha.

Pada saat itu saya utarakan pada mereka; saya bahagia melihat wajah-wajah yang bahagia karena antusiasme yang hiperbola.

Pasukan Penghancur (Kopler, Subi, Graham Coxon, Meki, Jimbon, Mas Pam)


British Invasion


Haji Embarkasi Lapangan D Senayan
Big sky, matey !
Dengan segala hormat, Morfem, The Brandals, Van She, Temper Trap, dan Tegan and Sara sebagai penampil pembuka jadi terasa hampa dan seperti "Ah bodo amat!" sekali. Lima belas menit sebelum Blur keluar, dengan memeluk pagar front row kelas festival tidak keruan kaki lemas jantung ini berdebar-debar. Dengan teriakan "Pamaaaaaaan! Paman Damon Albaaaaaaarn" yang bodoh norak dan kampungan, saya menyambut kedatangan empat pria London paruh baya di hadapan belasan ribu pasang mata untuk selekasnya berjingkrak dan sing along sekeras yang saya bisa seiring tembang Girls & Boys sebagai lagu pembuka.

Beetlebum dan Out of Time di urutan tembang kelima dan keenam saya nobatkan menjadi momen orgasme dini. Tembang yang mendayu dan emosionil plus langit malam; yang terima kasih Tuhan indah sekali; membuat saya merasa begitu dalam, pun terberkati.

And you've been so busy lately
That you haven't found the time
To open up your mind
And watch the world spinning gently out of time 


Worth the smile, worth the tears.

Tender is the night lying by your side
#SahabatKonser We all say don't want to be alone
Haru biru yang tak bertahan lama dikoyak Coffee & TV sebagai tembang kesembilan yang rancak di telinga, Tender sebagai koor karaoke bersama, serta Country House dan Parklife yang melahirkan crowd yang begitu riang, pun begitu riot. Under The Westway sebagai tembang keenam belas adalah saat dimana klimaks tiba, untuk kali kedua.

For the way I feel about you
paradise not losts, it's in you

Reff dari The Universal sebagai tembang kedelapan belas seakan mengingatkan belasan ribu pasang mata bahwa apa yang mereka lihat dan dengar adalah nyata, dan bukan mimpi belaka. Sementara Song 2 sebagai tembang penutup meledak bersama serak suara yang tersisa untuk mengakhiri sebuah perhelatan luar biasa, dengan cara terbaik yang bisa dan pernah ada.

#SahabatKonser Bebek belur
Battle of Britpop
Me and the setlist
I thank Blur for the show,
I thank God for one of the most magical moment
in my whole life.

Yes, it really, really, really could happen
Memento

No comments:

Post a Comment