Melihat iklan di koran dan spanduk di depan bioskop kampung halaman yang marak dengan film horror lokalan membuat saya berpikir. Berpikir bahwa hantu disini selalu dicitrakan sebagai sosok yang gak asik, menyeramkan, dan menakutkan.
Coba buka katalog hantu Made in Indonesia. Kita akan menemukan wewe gombel, pocong, genderuwo, suster ngesot, dan berbagai macam sosok mengerikan lainnya. Wanita berambut panjang muka seram dengan ukuran payudara berkali-kali lipat orang awam, makhluk terbungkus kain putih terikat yang lompat-melompat, atau sosok tinggi besar penuh bulu berkulit hitam pekat. Seiring zaman globalisasi memang selalu ada improvisasi. Sekarang diceritakan pocong mulai ikutan ngesot, mungkin karena sang suster sudah bisa berjalan, atau bahkan mungkin sudah bisa keramas, lahirlah suster keramas. Ya, adaptasi dan improvisasi, tapi tetap menakutkan tidak asik dan tidak menarik.
Sekarang kita tengok hantu Made in Mancanegara. Hantu China misalnya. Memang banyak diantara hantu China yang sama saja seperti hantu Indonesia, sama-sama menyeramkan maksudnya. Tapi coba lihat vampir China. Gak beda dengan pocong Indonesia, vampir China juga suka lompat-melompat kemana-mana. Tapi apakah pocong Indonesia berdandan serapi vampir China? Tidak sepertinya. Kalau diperhatikan, vampir China selalu bersepatu, pakai topi, berpakaian rapi. Menarik, dan sangat etnik.
Dari China kita terbang ke Rumania. Tempat lahirnya roots dari hantu penghisap darah, Drakula. Di sana Drakula sering ditampilkan sebagai sosok yang selalu tampil necis dan modis. Drakula pria ditampilkan sebagai sosok tampan, sepatu hitam, setelan jas Hugo Boss, menghisap cerutu Kuba, minum minuman berkelas, Chivas Regal misalnya. Drakula wanita ditampilkan sebagai sosok berdada penuh, mini dress, lipstik merah menyala. Binal, dan sensual.
Memang, apapun bentuknya di Indonesia, China, Rumania, atau dimana saja, mereka semua sama. Sama-sama hantu, pada hakikatnya. Tapi pencitraan di China berhasil membentuk persepsi bahwa disana vampir sangatlah etnik, cukup menarik. Pencitraan di Rumania berhasil membentuk persepsi bahwa disana drakula sangatlah necis, selalu modis. Pintar berdandan dan mungkin bisa dicoba untuk menjadi teman kencan menghabiskan malam.
***
Sekelompok pemuda berangkat dari desa menuju ibukota. Diceritakan merintis karir dari bawah sampai kemudian bisa membeli berbagai barang mewah. Heroik ? memang. Kerja keras mereka mungkin bisa jadi teladan sampai akhirnya tersandung kasus obat-obatan terlarang dan psikotropika, ketahuan ngganja.
Anak mantan pengusa. Kaya ? Gak perlu ditanya. Sang ayah membuat keluarga besar mereka tak henti bergelimang harta. Terlihat begitu bahagia. Si anak mantan penguasa punya anak yang masih muda, cantik, menarik, dan tentu saja ikut kaya karena harta keluarga. Apapun yang diminta cukup ngomong sama papa dalam sekejap tersedia di depan mata. Terlihat begitu menyenangkan sampai akhirnya tersandung kasus yang sama dengan sekelompok pemuda yang berangkat dari desa, tertangkap nyabu bersama seorang perwira.
Anak mantan pengusa. Kaya ? Gak perlu ditanya. Sang ayah membuat keluarga besar mereka tak henti bergelimang harta. Terlihat begitu bahagia. Si anak mantan penguasa punya anak yang masih muda, cantik, menarik, dan tentu saja ikut kaya karena harta keluarga. Apapun yang diminta cukup ngomong sama papa dalam sekejap tersedia di depan mata. Terlihat begitu menyenangkan sampai akhirnya tersandung kasus yang sama dengan sekelompok pemuda yang berangkat dari desa, tertangkap nyabu bersama seorang perwira.
Mengagetkan dan mungkin gak pernah kita sangka sebelumnya. Jadi, apa yang sebenarnya selama ini membuat mereka tampak bahagia dan baik-baik saja?
Apa yang sebenarnya seringkali membuat kita berpikir bahwa Si B lebih baik daripada kita, atau kita lebih baik daripada si A? Apa yang sebenarnya membuat kita merasa tidak lebih beruntung dan kemudian iri, atau pada kesempatan lain merasa tidak terkalahkan dan kemudian tinggi hati? Apa yang sebenarnya membuat kita merasa sesuatu itu terlihat begitu sulit, sampai kita gak berani berharap bahkan dalam kadar yang paling sedikit?
Kalau kita bingung mencari jawaban, coba kembali tanyakan pada pencitraan. Sepertinya dia banyak berperan.
No comments:
Post a Comment