Saturday, February 12, 2011

Siapa yang tahu ?

Emperan sebuah mall di Kota Malang. Ibu itu terlihat begitu renta. Disaat banyak orang sibuk mengotak-atik Blackberry, ibu itu tetap memohon dan memelas, mungkin hanya demi sesuap nasi. Suara serak dan lirih, pakaian lusuh, kaleng bekas di hadapannya. Sejak sebelum matahari tepat berada di atas kepala sampai menjelang senja jelas bukan waktu yang sebentar untuk meminta-minta.

Matahari sudah lama terbenam. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Datang seorang pria paruh baya dengan motor bebek baru dan mengisap rokok kretek kelas satu. Apa yang terjadi? Ibu renta peminta-minta tadi naik ke boncengan si pria dan kemudian pergi begitu saja. Ternyata hidup si ibu tidak selusuh pakaiannya, tidak seburuk kelihatannya. Mungkin koin ratusan atau pecahan seribu yang tadi dikumpulkan satu persatu itu untuk membeli hape keluaran baru, siapa yang tahu?

Without the pretty pink ribbon
You'd end up just like me
Without the pretty pink ribbon
You'd float down to the sea

Without the pretty pink ribbon
You'd say just what you pleased
Without the sticky little kitten
Your ticket could never be free

Wanita 20 tahunan itu terlihat begitu trendy. Kaos ketat, celana seksi, dan sepatu hak tinggi. Gaya hidupnya membuat dia terlihat berada jauh di atas sana, unreachable. Dari jumlah kartu kredit dan lembaran seratus ribuan yang ada di dompetnya, sepertinya dia bisa membeli apa saja.

Sekilas pasti banyak gadis yang ingin menjadi seperti dirinya. Semua terlihat menyenangkan dan baik-baik saja. Tapi, apa yang terjadi sebenarnya? Si wanita pulang kampus dijemput mobil mewah, bukan ayahnya, atau sanak saudaranya. Si wanita di jemput om-om kaya. Karaoke, makan bersama, dan kemudian sibuk menghabiskan malam bersama si om dengan bercumbu, melenguh di atas perut buncit yang penuh peluh. Siapa yang tahu?

Without your tight little denim
Your virtues would all go unknown
Without the room that you live in
Your cancer would eat through the bone


Mereka berjubah putih, berkupluk putih, bersorban putih. Dari tampilannya, sepertinya mereka adalah orang-orang yang cukup mengerti masalah agama. Sebagian besar dari mereka, atau bahkan semua, rajin beribadah, tidak perlu diragukan lagi.

Apa yang terjadi? Bukan satu atau dua kali mereka berbuat apa yang disebut, maaf, kerusuhan. Rusak sana, rusak sini. Ganyang sana, ganyang sini. Memang selalu ada alasan, atau mungkin dalam hal ini pembenaran, di balik setiap tindakan. Tapi, apakah saat ini agama bagi mereka sudah menjadi sebuah alat legitimasi atas setiap tindak premanisme atau kerusakan yang terjadi. Semoga saja tidak ya akhi, tapi, siapa yang tahu?

Without the pretty pink ribbon
You'd end up just like me
Without the pretty pink ribbon
You'd burn all these dying leaves

Without the pretty pink ribbon
You would lift this steaming herd
You would kill all the sick ones
You would bury them deep in the earth

Apakah sekarang saya, atau anda, merupakan orang yang paling suci? You must be kidding me. Siapa tahu saya, atau anda, sekarang ini juga sedang nyaman bersembunyi di balik topeng yang ternyata tak lebih dari sekedar bualan fiksi. Terlalu banyak topeng, dan semua cuma masalah waktu. Jadi, siapa yang tahu?

Your muscles would bulge underground
Your demons would all be around
Without the pretty pink ribbon
You'd end up just like me

( Cake - Pretty Pink Ribbon )

2 comments:

  1. mas akhi, apakah anda sekarang berbaju putih?

    ReplyDelete
  2. enggak mbak ukhti, sekarang saya berbaju hitam gambar kepala kambing dan pentagram hahaha

    ReplyDelete