Lintang,
wanita cantik itu, adalah seorang penulis yang puitik dan pecinta yang baik
tetapi wanita yang tolol. Ia adalah seorang penulis yang puitik dan pecinta
yang baik tetapi wanita yang tolol yang menyukai novel-novel sedih Gabriel
Garcia Marquez. Ia adalah seorang penulis yang puitik dan pecinta yang baik
tetapi wanita yang tolol yang menyukai novel-novel sedih Gabriel Garcia
Marquez dan menggilai tembang-tembang Britpop sembilan puluhan.
***
Lintang,
wanita cantik itu, baru saja menyelesaikan permainan cinta yang hebat. Sungguh
hebat. Teramat hebat. Seakan tiada lagi yang lebih hebat. Berpelukan dan
melenguh, dan berciuman dan melenguh, kemudian saling meraba dan melenguh, lantas
menghujam dan melenguh, dan menindih dan melenguh, diakhiri dengan melenguh dan
melenguh. Lelaki itu tak pernah tak berhasil memuaskannya, atau paling tidak
membuatnya begitu bahagia. Lelaki itu tak pernah tak berhasil memuaskannya,
atau paling tidak membuatnya begitu bahagia dengan membiarkannya merasa menjadi
wanita paling dicinta di muka dunia, dan luar angkasa.
Lintang,
wanita cantik itu, masih merasakan sedikit ngilu di pangkal pahanya saat
mendapati lelaki itu beranjak mengambil pemantik api yang diletakkan di samping
kiri telepon genggam yang bergetar tak kunjung henti.
“Mengapa
tak kau angkat?”
“Bisa
menunggu,” jawab lelaki itu sambil menyalakan pemantik api yang telah
digenggamnya sedari tadi. Ia tersenyum sambil mengamati asap rokok yang
membumbung tak begitu tinggi.
Lintang,
wanita cantik itu, gemar membicarakan apa saja setelah bermain cinta. Ia akan
membicarakan negeri-negeri yang jauh dan benua-benua yang berbeda. Ia akan
membicarakan tentang gunung dan danau dan lembah dan senja dan whiskey dan
vodka dan cuaca yang cerah dan suasana yang lain. Ia akan membicarakan mengenai
ragam rupa kosmetik dan konstelasi politik dan perkembangan ekonomi dan harga
sekilo cabai di pasar pagi hari ini. Ia akan membicarakan revolusi dan sinetron
dan perjuangan dan drama, dan darah dan air mata. Bersama lelaki itu ia akan
membicarakan segala-galanya.
Lintang,
wanita cantik itu, gemar membicarakan apa saja setelah bermain cinta. Ia akan
membicarakan mengenai film yang ia tonton tadi sore, bersama lelaki itu, dan
buku yang ia pinjam kemarin malam, dari lelaki yang sama. Ia akan membicarakan
gosip-gosip artis murahan dan diskon-diskon di pusat perbelanjaan dan nihilisme
Nietzschean dan fasisme yang sedang bergelora dan lahirnya bayi-bayi Orba dan
materialisme dialektika, dan anak tetangga yang sedang lucu-lucunya. Ia akan
membicarakan es krim dengan topping kacang mede dan saus bluberi hingga Ernest
Hemingway dan The Old Man and The Sea.
Ia akan
bertanya tentang karya-karya Kurt Vonnegut.
“Lucu,”
jawab lelaki itu.
Juga tentang cerpen-cerpen Guy de Maupassant.
“Sinis dan
ringkas,” ujar lelaki itu lugas.
Lalu tentang The Brothers Karamazov dan Fyodor Dostoevsky.
"Magnum opus maestro penggila judi."
Kemudian
tentang Thom Yorke dan Radiohead.
“Murung,
gelap, dan suram.”
Lantas
mereka berdua akan tertawa dan kembali berciuman, dalam-dalam.
***
Lintang,
wanita cantik itu, sedang merapikan rambutnya yang ikal bergelombang seperti
lautan dan blonde seperti senja puluh lima sore saat telepon genggam itu
bergetar kembali, untuk yang ketiga belas kali. Lelaki itu beranjak dari
ranjang yang berantakan oleh birahi yang menerjang di saat badai cinta sudah
jauh tertinggal di belakang. Ia, lelaki
itu, berdiri di tepian jendela saat menyimak lawan bicaranya di seberang sana.
Dua menit tiga belas detik. Itu saja. Kemudian kata-kata yang tak benar-benar
manis dan basa-basi yang tak betul-betul tulus mengakhiri sambungan telepon
mereka berdua.
“Jadi?”
tanya Lintang mengenai pembicaraan lelaki itu dengan lawan bicaranya di seberang
sana.
Malam
hampir-hampir lingsir. Rembulan akan tenggelam pelan-pelan.
Lelaki itu menjawab
tanpa sedikitpun mengedipkan matanya yang menatap kosong ke luar jendela, “Aku
akan menikahinya.”
***
Lintang,
wanita cantik itu, adalah seorang penulis yang puitik dan pecinta yang baik
tetapi wanita yang tolol. Ia adalah seorang penulis yang puitik dan pecinta
yang baik tetapi wanita yang tolol yang menyukai novel-novel sedih Gabriel
Garcia Marquez. Ia adalah seorang penulis yang puitik dan pencinta yang baik
tetapi wanita yang tolol yang menyukai novel-novel sedih Gabriel Garcia
Marquez dan menggilai tembang-tembang
Britpop sembilan puluhan. Ia adalah seorang penulis yang puitik dan
pencinta yang baik tetapi wanita yang tolol yang menyukai novel-novel sedih
Gabriel Garcia Marquez dan menggilai tembang-tembang Britpop sembilan puluhan, dan mengakhiri
malam itu dengan memeluk rembulan yang meninggalkannya pelan-pelan.
No comments:
Post a Comment