Wednesday, November 28, 2012

Asbak Beriak Nafas Tak Dalam

Tujuh tahun bersahabat kamu olehnya selalu dijabat erat, dipeluk hangat. Sudah dibilang tiga milyar dua puluh satu kali bahwa hubunganmu dengannya bukan hanya tentang menghembus asap ke udara kemudian buang putungnya kemana kamu suka. Hubunganmu dengannya, yang sering didegradasikan artinya dengan disebut "merokok" saja, bukan hanya tentang seperti agar supaya untuk terlihat gagah, dan sedikit keren. 

Atau sedikit gagah, dan terlihat keren.

Ini adalah intim. Ini seperti onani, ups maaf, masturbasi. Seperti menciptakan suka yang berdikari, senang bahagia dalam rupa paling sederhana. Bersahaja saja.

Ini adalah sakral. Tidak kalah dengan ritual. Atau kalah, tapi sedikit kok. Seperti menenangkannya ritus "Tiada daya dan upaya selain dari Allah semata" yang lalu dengan bahasamu menjadi "Tuhan, ampuni hambaMu yg merusak paru, tembakau ciptaanMu adalah pengampu sendu, kuniati mereduksi elegi". Lalu kau telan asap dalam-dalam, tetiba tenang. Dalam terik dalam hujan dalam runyam,

dalam diam.

Ini seperti temanmu. Temanmu yang setia di saku, atau kolong meja berdebu. Temanmu yang selalu ada saat tak ada sesiapa, bisik menyapa senyap-senyap saja, "Aku tau kau merindu, cumbui aku dan demimu kurelakan ku menjadi abu pengampu sendumu."

Kamu tau betapa manis melankolianya itu,

lalu tiba lima belas menit terseram dalam hidupmu. Nafas tersengal dada bergemuruh. Takut malaikat ajal memicu peluh. Tidak mengumpat perbanyak syahadat adalah gambaran betapa ketakutan melanda hebat. Asap cuma tertawa saat kamu merasa malaikat maut sudah berada di ujung gang sana. Lalu asbak berteriak, "Enak?!". Putung? Dia diam mematung. Atau mungkin bersama abu,

menertawakanmu.

"Merokok atau tidak adalah  pilihan, berhenti adalah keniscayaan" ulang-berulang diantara hati, kepala, jantung, paru, dan nafas memburumu yang tinggal satu-satu. Temanmu yang oke telah membuatmu seperti ini, temanmu yang oke telah membuatmu bermain mata dengan mati. Dia oke, tetapi brengsek.

Atau brengsek, tetapi oke.

True friend stabs you in the front. Lebih baik saat ini dari pada umur enam puluh lima tahun nanti, kalau tidak keburu mati. Kamu dan dia tetap berteman, dalam sendu dan dalam senang, saat kau mencumbu asbesmu dan saat kau menatap bintang.

Cigarrette's still a close friend, but now it's not a must. Kamu dan dia tetap berteman, namun kini tak lagi jadi keharusan. Kamu dan dia akan tetap bersua, untuk saatmu dan dia, spesial saja.

Untuk tiap percumbuan yang lebih intim, untuk tiap ritual yang lebih sakral, untuk pertemanan yang telah menampar dengan sebuah peringatan, mari kurangi merokok,

untuk jantung, paru, dan ereksi yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment