Kamu sudah lari mendaki dua puluh kilometer dari sana ke ujung situ. Menyeka keringat dan ingus pun mungkin gak ada waktu. Temanmu megap-megap dan badanmu masih tegap. Kamu dianugerahi energi luar biasa tapi sayangnya kamu bukan Sailor Moon yang bisa menaklukkan apa dan siapa saja.
Lintasanmu sedang kelabu dan terlihat begitu berliku. Kamu mencoba dan gagal, temanmu berhasil dan lalu hatimu berbisik usil. Seharusnya kamu yang ada disitu, seharusnya mereka gak ada se-tai kuku mu.
Lelah dan jengah itu yang membuat kamu tetap menjadi manusia. Kecewa itu manusia tapi putus asa hanya untuk pecundang saja. Jangan menangis melulu karena kamu terlalu hebat untuk terus tersedu di pojokan itu. Seka ingusmu dan hapus air matamu dengan ujung baju, kamu gak pernah butuh tumpukan tisu.
Kencangkan tali sepatumu, rapikan lagi tas punggungmu itu. Gak peduli gunung apa yang kamu daki dan entah berapa kali kamu bakal terjengkang kali ini, tetaplah mendaki karena pukul lima pagi nanti kamu selalu tau bahwa mentari akan bersinar lagi.
Kata orang tua, tanpa tangis derita gak akan ada haru euforia.
No comments:
Post a Comment