Padang rumput hijau di sebelah sudah diolah menjadi sawah. Jangan tanya bagaimana ceritanya, mungkin karena padang rumput terlihat terlalu California, hijaunya terlalu bereuforia.
Sekarang bicara padi, bukan padang ilalang dan pohon trembesi seratus lima puluh senti lagi. Kata siapa sudah menjadi lebih mudah? Memang bukan berarti harus selalu dibikin susah. Coba sana cari buku Geografi! Kata Bu Guru dulu negeri ini negeri agraris, jadi mengolah sawah harus selalu optimis. Di saat panen raya, di saat krisis.
Optimis tapi jangan lupa kata orang tua. Kata mereka hama tikus selalu sulit diberangus, mampus ! Belum lagi masalah babi hutan perusak tanaman, bajingan ! Jangan mengumbar pestisida, terlalu banyak racun serangga itu berbahaya. Mungkin saat ini belum bermasalah dengan irigasi, tapi sayang memang sawah kita gak bisa sering-sering disiangi.
Jangan lupa pematang di ujung sana. Pematang yang harus kita lewati setiap hari. Pematangnya licin dan berbahaya. Tanahnya basah dan selalu liat, bisa jatuh berdarah kalau jalan terlalu cepat. Pematangnya licin dan berbahaya. Gak lebar tapi bisa untuk berjalan berdua kalau bisa berbagi tempat yang ada.
Pematangnya licin dan berbahaya. Jangan berjalan di depanku, pasti akan melelahkan bila harus mengejarmu. Jangan berjalan di belakangku, aku gak mau jadi si dungu yang meninggalkanmu. Berjalanlah di sampingku, pautkan tangan kita berdua dan kita akan pulang ke rumah di saat senja tiba bersama-sama.
Gak ada yang tahu kapan menguningnya padi kita. Nanti sore, besok pagi, atau mungkin besok lusa.
Gak ada yang tahu kapan menguningnya padi kita. Dan setiap tanggal tiga satu, padiku selalu merah jambu karenamu.
No comments:
Post a Comment