Friday, June 22, 2012

Muara Retorika Belaka

Manakah yang lebih buruk dari hati yang mati atau hati yang dipaksa berhenti? Yang terburuk mungkin adalah saat tiba masa dimana dengan tangan terborgol dan mulut terkunci kita harus memilih opsi yang tidak benar-benar kita miliki, saat dimana apa yang berjalan adalah sebuah keniscayaan, sama sekali bukan apa yang kita inginkan.

Mereka berkata surga adalah muara penuh bahagia di atas sana. Bila surga di atas sana belum kasat mata wujudnya maka surga sebenarnya adalah saat dimana kita bisa melihat jingganya matahari senja kapanpun kita minta. Surga adalah saat dimana kita tak perlu takut basah kedinginan karena berkuasa menentukan kapan datangnya hujan. Surga adalah saat dimana kamu bisa tetap tertawa saat hatimu mati berhenti, untuk kemudian sekelak nanti kau hidupkan lagi.

Dan Dia yang bisa melakukan segalanya hanya Dia Yang Maha Kuasa saja.

Bila hari ini kamu berhenti maka esok hari adalah saat yang tepat untuk mulai berlari lagi. Menjalani keniscayaan yang mungkin tidak kita inginkan adalah salah satu hal yang membuat kehidupan tetap menjadi kehidupan, seperti tangis dan tawa yang menjaga manusia tetap menjadi manusia, bukan boneka tak berjiwa belaka.

Apa yang membuat kita tetap menjadi manusia adalah menikmati air mata tanpa lupa bagaimana cara tertawa, katanya. Air matamu kini adalah dia yang membuat tawamu berarti nanti, dan tangisan atas masa lalu adalah dia yang menyemangati peluhmu saat memperjuangkan masa depanmu.

Sebagai penutupnya, bila yang terbaik adalah surga, yang terburuk adalah berkata tidak kepada cinta.

1 comment:

  1. tetep semangat bro jalani idup ni,,, salim kenal aja. kunjungi juga blog gue ni alfiandoang dan wulanalfian

    ReplyDelete