Ini adalah kisah tentang sebuah negeri nan gemah ripah loh jinawi. Tanahnya subur, rakyatnya tersenyum makmur. Macan Asia yang disegani tetangga, kuasanya bikin segan siapa saja.
Tidak ada yang berani mendikte karena ini adalah negeri yang menguasai segala komodoti. Hasil laut, minyak, dan padi. Berdikari! berdikari! berdikari! Ini adalah negeri yang berdiri di atas kakinya sendiri. Berteriak lantang dan tegas, menepuk dadanya keras-keras.
Rakyat adalah sebutan untuk mereka yang hidup berkecukupan. Sandang, pangan dan papan. Tidak ada yang di bawah garis kemiskinan dan tidur di kolong jembatan. Rumah adalah sebutan untuk bangunan minimal tipe tiga puluh enam, bukan bilik kardus yang bocor setiap malam.
FOTO ANTARA/Heru Salim/ed/ama/10. |
Anak kecilnya tidak ada yang mengamen dan menghisap lem karena ini adalah negeri Wajib Belajar Sembilan Tahun. Apa yang menjadi rutinitas adalah sekolah lanjut mengaji di surau sampai petang hari. Tidak ada yang bermain di jalan tikus karena selalu ada taman bermain yang asyik dan bagus. Hiburan mereka adalah ayunan dan perosotan, bukan gambar seronok di koran "Lampu Setopan" yang dijual seribuan di perempatan jalan.
Ini adalah negeri dimana prestasi siswa Sekolah Menengah Atas nya membahana seantero dunia. Pertukaran budaya di Eropa, olimpiade Fisika di China, dan Matematika di Amerika sana. Tidak menghabiskan waktu tawuran di jalanan, ganja sabu dan pil setan pun mereka enggan.
REUTERS/Yusuf Ahmad |
Mahasiswa adalah siswa tua yang demonstrasi dengan santun sekali. Tidak perlu berteriak ngotot dengan mata melotot. Tidak perlu membakar ban dan merusak marka jalan karena Wakil Rakyat mereka selalu tau apa yang harus dilakukan.
Wakil Rakyat yang tidak meributkan lima belas persen enam bulan, Wakil Rakyat yang tidak meributkan apapun, tidak berani menganggap rakyatnya sebagai komoditi dan tidak bisa dibeli cuma dengan dicumbu lobi. Mereka adalah Wakil Rakyat yang dipinjami kursi empuk rumah dinas dan Toyota Camry untuk memastikan rakyatnya tetap makan, kini dan nanti. Mereka adalah penyambung lidah antara rakyat dengan Presiden Yang Terhormat.
Presiden yang gak segan mengepalkan tangan pada setiap lawan. Tegas gak pernah menunduk-nunduk takut dan malu karena negerinya adalah emporium Adikuasa dimana dia adalah Panglimanya.
Dan ini adalah negeri yang aman makmur jaya sentosa, selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment