Coba diingat kembali dulu waktu TK saat tititmu bahkan belum mencapai lima senti, bu guru selalu bertanya apa cita-citamu saat menjadi dewasa nanti. Karena masih terlalu bego untuk menjawab menjadi kolumnis koran terkenal, auditor, atau seorang bartender, kamu memilih jawaban sederhana saja, menjadi dokter.
Kenapa menjawab dokter sebenarnya kamu juga tidak tahu. Yang kamu tahu adalah setiap memeriksakanmu ibu selalu membayar lima puluh sampai seratus ribu. Dokter anak hidupnya terlihat enak. Halaman rumahnya luas dengan ayunan dan mobil pribadi yang banyak sekali. Rambutnya yang klimis dan bajunya yang wangi membuatmu ingin seperti itu suatu saat nanti.
Kalau kamu bertanya mengapa anak Indonesia tidak ada yang bercita-cita menjadi mafia itu tentu saja karena kamu gak hidup di Sisilia sana. Terlihat konyol tapi jawaban dokter tentara atau polisi terdengar normatif dan mainstream sekali. Kalo memang alasannya pola pikir yang sederhana, mengapa diantara mereka gak ada yang menjawab bercita-cita membahagiakan dan membuat bangga keluarga saja?
Kamu bisa menjadi polisi doktor auditor tentara mafia, atau apa saja. Larangan bercita-cita melebihi kemampuan kita adalah omong kosong belaka. Kemampuan seseorang lah yang akan melampaui keberaniannya bercita-cita.
Kamu bisa menjadi pejabat korup yang bangsat atau pemuka agama yang arif bijaksana asal jangan lupa mencium kening istrimu dan memberikannya bunga di ulang tahun pernikahan kalian berdua yang kedua puluh lima.
Cari tau apa band favorit anak remajamu dan belikan album limited editionnya saat ulang tahun ketujuh belasnya tiba. Semoga itu lebih istimewa daripada paket liburan ke Karibia atau mobil seharga seratus tujuh puluh lima juta.
The man who doesn't spend time with his family can never be a real man - Don Vito Corleone |
Menjadi apapun kamu di masa depan, semoga kamu tidak lupa mengajak anak istrimu jalan-jalan ke taman di akhir pekan.
asik bahasamu bro
ReplyDeleteaku belajar darimu
followback yoh :)
sasaji