Wednesday, August 24, 2011

Fana Fatamorgana

Hari sudah siang beranjak senja kamu masih bergumul dengan guling dan selimut merah muda di ranjang saja. Mau keluar siang hari malasnya bukan main. Mau kemana dengan siapa akan berbuat apa. Andhika Kangen Band saja pasti juga kangen Yolanda meski tau dia gak bisa kemana-mana. Sudah di dalam penjara saja, kehidupan keras diluar sana. Kehidupan, keras. Asmaramu, amblas.

Kamu membuka komputer jinjing lalu mencoba mencari tahu apa yang bisa kamu dapatkan dari sana. Yang ada adalah musik dan setumpuk gambar berwarna, sekedar membangkitkan memori yang ada berjuta tersimpan di dalam jiwa. Semakin lama semakin asik, semakin lama tapi kamu gak mau semakin melodramatik. Gak mau semakin melodramatik kamu mencoba menjelajah dunia maya. Dunia, maya. Asmaramu, fana.

Situs biru yang dulu-dulu sudah membosankan sekali, portal berita isinya kabar korupsi cuma bikin frustasi. Mencari lirik lagu menggali referensi film atau mendeteksi barang rekomendasi teman adalah hal yang biasa dilakukan. Kamu bosan mainan gambar vulgar buah dada besar dan memutuskan mengunduh lagu bajakan. Lagu, bajakan. Asmaramu, karatan.

Matamu silinder dan minus cepat capai sayu di depan monitor. Mencoba tiduran fantasikan eksplorasi otakmu kotor. Menarik selimut menatap asbes berlubang hatimu kalut. Asbes, berlubang. Asmaramu, terbang menghilang.

Selalu seperti itu. Selalu saling cinta tapi saling keras kepala. Saling keras kepala bikin gak lagi bisa bersama. Jika tertumbukkan selalu timbul kegaduhan. Muncul keributan.

Jangan mati muda. Mati hati, mati jiwa. Habis ini malam, rembulan segera datang. Mandi semprotkan minyak wangi dulu ada beribu manusia yang bisa membuatmu kembali tertawa di luar sana.

Ini cuma masalah cinta. Ini cuma masalah asmara.

Ini semua, fana.

No comments:

Post a Comment