Mungkin kau gak cukup kaya, gak cukup punya segala. Konon ceritanya dulu almarhum eyang putri juga harus memutar otak sekuat tenaga untuk makan anak-anaknya. Utang dan pegadaian itu cerita lama, cerita biasa.
Tapi semua tau apa apa yang kau lakukan, semua tau apa yang kau korbankan.
Kau selalu berkata bahwa suatu saat nanti aku harus bisa dibanggakan. Memori saat aku masih benar-benar ingusan, belum berseragam. Apa yang kau lakukan kemudian adalah memberiku pelajaran, sebuah dongeng.
Dongeng masa kecilku olehmu yang selalu berbeda dari biasanya. Bukan cerita hewan kekanakan atau kisah heroik kepahlawanan. Mungkin bukan dongeng memang, karena itu adalah sebuah perbincangan. Perbincangan yang mendewasakan.
Hidup, politik, ideologi. Perbincangan kita gak pernah basi.
Semua kau lakukan dengan mengajarkan, mendengarkan, bukan memaksakan jalan. Hebat dan selalu moderat. Yang kau katakan dan kau ajarkan adalah norma, ideologi. Beberapa diantaranya ilmu rasa, intuisi. Memberikan cukup pandangan mengenai filosofi.
Dan filosofi, gak pernah bisa dibeli.
***
***
Sekian tahun yang lalu di ruang tamu itu kita berbincang. Sekitar jam tujuh sampai jam sembilan malam. Sayang sekarang disana kosong, asbakmu melompong. Rokok kretekmu boleh digantikan rokok putihan merek terkenal dari Amerika, tembakaunya hebat tapi gak bisa menghapus kerinduan hangatnya perbincangan kita berdua.
No comments:
Post a Comment